GUDATAnews.com, Sumatera - Dalam rangka menyambut Hari Lansia, pada tanggal 28 Mei 2025 Sekretariat Konsorsium PERMAMPU bersama delapan LSM perempuan anggotanya yaitu Flower Aceh (Aceh), PESADA (Sumatera Utara), PPSW Riau (Riau), LP2M (Sumatera Barat), APM (Jambi), Cahaya Perempuan (Bengkulu), WCC Palembang (Sumatera Selatan), dan Perkumpulan DAMAR (Lampung) menggelar perayaan Hari Lansia Nasional ke-25 secara hybrid pada Rabu, 28 Mei 2025.
Kegiatan berlangsung melalui Zoom (hybrid) dan tatap muka di
Medan, dengan mengangkat topik: “Isu HKSR Perempuan Menjelang dan di Usia
Lansia, khususnya Perimenopause dan Masa Menopause.” Perayaan ini melibatkan
sebanyak 207 peserta, di antaranya, 28 lansia (usia di atas 60 tahun), 173
anggota CU/perempuan dewasa 20 – 60 tahun) dan 6 perempuan muda (<20tahun) yang tersebar di 23 titik zoom di 8 provinsi
di pulau Sumatera.
Kegiatan ini menghadirkan dr. Dina Aprillia Ariestine,
M.Ked(PD), Sp.PD-KGer, konsultan geriatri dan dokter spesialis penyakit dalam
subspesialis lansia, sebagai narasumber utama. Diskusi kritis ini bertujuan
memperkuat komitmen lintas generasi dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak
perempuan lansia, khususnya dalam aspek kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR)
yang selama ini kerap terabaikan.
Dalam pembukaan acara, Ana Yunita P, selaku Asisten
Koordinator PERMAMPU menyampaikan bahwa perayaan Hari Lansia merupakan moment
penting dalam memperkuat Gerakan Perempuan akar rumput secara intergenerasional
dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak perempuan lansia yang sering terpinggirkan.
Dr. Dina dalam pemaparannya menjelaskan bahwa perimenopause merupakan masa
transisi menuju menopause yang bisa berlangsung antara 2 hingga 8 tahun.
Menopause sendiri ditandai dengan berhentinya menstruasi secara permanen selama
12 bulan. Umumnya, perempuan memasuki masa perimenopause di akhir usia 40-an
atau awal 50-an.
Gejala perimenopause dan menopause dijelaskan secara detail
yang pada umumnya mengakibatkan menurunnya kadar estrogen, perubahan mood,
depresi, kecemasan, dan hot flush yaitu rasa panas mendadak di wajah dan leher
yang disertai keringat berlebih serta menurunnya hasrat seksual. Mnopause juga
berdampak pada kesehatan fisik, seperti penurunan kepadatan tulang
(osteoporosis), peningkatan risiko obesitas akibat kurangnya aktivitas fisik,
hingga gangguan sistem pencernaan seperti sulit menahan buang air besar, wasir,
dan meningkatnya rasa lapar. Gejala tersebut dapat menurunkan kualitas hidup
perempuan lansia jika tidak didampingi secara tepat.
Pada sesi tanya jawab, peserta menyampaikan berbagai
pertanyaan dan kegelisahan, khususnya terkait stres selama fase perimenopause.
Dr. Dina menekankan pentingnya dukungan keluarga sebagai sistem pendukung
utama, baik melalui komunikasi yang terbuka dengan pasangan dan anak-anak,
maupun dengan menjaga pola makan sehat serta tetap beraktivitas dan
bersosialisasi. Terkait risiko demensia pada lansia, ia menambahkan bahwa
kondisi tersebut dapat mengganggu aktivitas harian dan menurunkan kemandirian,
sehingga penting untuk mewaspadai dan mendeteksi secara dini.
Diskusi pendalaman
dipandu oleh Dina Lumbantobing, Koordinator PERMAMPU; dilakukan untuk
menggali perasaan, kekhawatiran, dan harapan dari para peserta khususnya lansia
dan pra-lansia. Para peserta mengungkapkan rasa senang dan lega setelah
mendapatkan informasi yang komprehensif. Sedangkan para pra-lansia merasa lebih
siap dan optimis menghadapi fase menopause dan menjadi lansia yang sehat dan
bahagia.
Namun, mereka juga menyampaikan kekhawatiran umum seperti
takut menjadi beban bagi keluarga, kondisi fisik yang makin terbatas, perasaan
tidak dihargai, hingga kekhawatiran tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual
pasangan. Mereka berharap pemerintah memperluas akses layanan posyandu lansia
dan mengembangkan sarana kesehatan berbasis komunitas yang ramah lansia. Para
peserta juga menyampaikan harapan agar Konsorsium PERMAMPU dapat menyediakan
forum atau ruang ekspresi yang aktif dan menyenangkan bagi para lansia (senam,
jalan-jalan), termasuk fasilitas pemeriksaan kesehatan secara berkala, rekreasi
dan dilibatkan dalam kegiatan.
Di akhir kegiatan, Dina Lumbantobing menyampaikan bahwa
diskusi ini diharapkan dapat menjadi
langkah ke depan bagi personel lembaga dan dampingan Konsorsium
PERMAMPU dalam memperkuat komitmen
bersama secara intergenerasional untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak perempuan
lansia, khususnya dalam aspek kesehatan seksual dan reproduksi. Ia juga
menyampaikan bahwa Data Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2022 menunjukkan
angka harapan hidup laki-laki yaitu 69,93 tahun dan pada perempuan yaitu 73,83
tahun (Statistik, 2022); sementara sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa
meski perempuan cenderung hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, namun
ironisnya, mereka lebih banyak yang mengalami penderitaan sepanjang hidupnya.
Penderitaan ini tidak hanya berasal dari faktor biologis a.l. soal penyakit
maupun menopause, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sosial yang menempatkan
perempuan dalam posisi yang lebih banyak menanggung beban daripada laki-laki, termasuk hidup untuk melayani suami,
sebagaimana kekhawatiran utama para Perempuan peserta perayaan, yang khawatir
dengan masalah melayani suami di saat perimenopause sampai ke post menopause.
Perayaan ditutup dengan komitmen PERMAMPU untuk menggunakan
issue-issue yang didiskusikan sebagai topik diskusi kritis dalam pertemuan
kelompok-kelompok Credit Union maupun di lingkungan wilayah dampingan PERMAMPU.
Secara khusus memastikan seluruh lansia dampingan mempunyai kartu BPJS ataupun
KIS, memeriksakan Kesehatan secara teratur di Posyandu, memastikan untuk
melakukan mengakses pemeriksaan Kesehatan seara menyeluruh secara gratis di saat Ulang Tahun dan
memperoleh seluruh manfaat berupa fasilitas bagi warga lansia, khususnya
ketersediaan Dokter Geriatric di seluruh Rumah Sakit, yaitu dokter spesialis
yang menangani berbagai keluhan kesehatan yang dialami lansia.
Selamat menjadi Perempuan Lansia yang percaya diri, sehat dan
bahagia. (Rls)