Tempurung disusun di halaman Masjid Agung Baitul Falihin Seluma untuk acara Nujuh Likur. (Foto: Mittadi HFA)
GUDATAnews.com,
Bengkulu - Tidak
semua orang paham dengan arti judul di atas sebab itu adalah sebuah tradisi
turun temurun yang hanya ada di beberapa daerah dan cuma dalam bulan Ramadhan.
Boleh jadi asal katanya dari bahasa jawa arti nujuh likur adalah dua puluh
tujuh atau malam 27 Ramadhan.
Malam 27 Ramadan itu berdasarkan penjelasan dan pengalaman
para ulama terdahulu bahwa, mereka sering menemukan malam Lailatul Qadar di
saat malam 27 atau Nujuh Likur tersebut.
Dahulu, tradisi Nujuh Likur sangat bernuansa sakral. Kesakralan Nujuh Likur
lahir dari kebiasaan masyarakat menyambut hari Raya Idul Fitri, seiring dengan
perkembangan zaman, tradisi Nujuh Likur semakin memudar. Tradisi Nujuh Likur
sekarang ini dilakukan atau dimulai sore hari atau sebelum malam Nujuh Likur
yaitu dengan menghantar makanan ke rumah warga. Sehabis Maghrib membakar
tempurung yang disusun secara vertikal lalu dibakar dari atas, cahaya api dari
pembakaran tempurung ini menjadi pelita di depan rumah masing-masing yang kala
itu belum ada listrik, dan setelah sholat Tarawih dilakukan kenduri.
Sulit kita menelusuri asal muasal nujuh likur dan menjadi
kendala saat menarik ulur asal usul sejarah tradisi di daerah kita adalah kebiasaan masyarakat kita yang sangat
terbatas baik kemauan dan sarana untuk menulis tetapi sejarah nujuh likur ini
abadi melalui mulut ke mulut.
Sebagian orang menyangka bahwa malam lailatul qadar adalah
pada malam ke-27 berdasarkan beberapa hadits yang menyebut malam lailatul qadar
adalah malam ke-27. Semisal hadits dari Sahabat Ubay bin Ka’ab. Beliau
pernah bersumpah dan berkata,
Ùˆَ ÙˆَاللَّÙ‡ِ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù„َØ£َعْÙ„َÙ…ُ Ø£َÙŠُّ Ù„َÙŠْÙ„َØ©ٍ Ù‡ِÙŠَ Ù‡ِÙŠَ اللَّÙŠْÙ„َØ©ُ
الَّتِÙŠ Ø£َÙ…َرَÙ†َا بِÙ‡َا رَسُولُ اللَّÙ‡ِ صلى الله عليه وسلم بِÙ‚ِÙŠَامِÙ‡َا Ù‡ِÙŠَ Ù„َÙŠْÙ„َØ©ُ
صَبِÙŠØَØ©ِ سَبْعٍ ÙˆَعِØ´ْرِينَ
“Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita
diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh
tujuh.”
Pagar Dewa, 18042023
Salam UJH. (Red)