Foto: Mitradi HFA
GUDATAnews.com,
Bengkulu - Kaya atau
miskin seseorang tergantung dari cara
pandang yang mereka miliki. Orang-orang dengan cara pandang, cara hidupnya konsumtif dan boros cenderung lebih sulit
untuk kaya daripada orang-orang dengan cara pandang bagaimana agar bisa selalu
aktif dan produktif, sehingga waktu terisi dengan hal yang bermanfaat dan tentu
akan menghasilkan uang.
Akan tetapi, pahamilah bahwa tidak ada kemiskinan yang dapat
menghinakan jiwa yang kuat. Jiwa yang kuat adalah jiwa yang dapat melewati
ujian apa pun yang akan mereka lalui. Perlu diingat bahwa hidup ini selalu
memberi kita tantangan, jalan yang liku-liku, dan penuh masalah kehidupan. Hal
ini dibutuhkan karena begitulah cara kita tumbuh dan berkembang menjadi potensi
yang lebih maksimal. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada mukmin yang lemah.’’
Dan tidak ada kekayaan yang mampu mengangkat jiwa-jiwa yang
tercela. Jiwa yang tercela ini tergolong pada penyakit hati, akhlak tercela,
dan dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Doa Rasulullah,
اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا
إِلا أَنْتَ، اصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلا أَنْتَ
“Ya Allah tunjukilah aku jalan menuju akhlak yang baik. Tidak
ada yang bisa memberikan aku petunjuk kepada akhlak yang baik kecuali Engkau.
Palingkanlah aku dari akhlak yang buruk. Tidak ada yang bisa memalingkan aku
dari akhlak yang buruk kecuali Engkau."
Pagar Dewa, 18062023
Salam UJH. (Red)