rza3z0iXwfrhP0Bo61a36W2lz3i7Fxgii3ShC0NK

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Cahaya Perempuan Bengkulu, Hari Anak Nasional dan Pendidikan Kesehatan Reproduksi

 


GUDATAnews.com, Bengkulu – Hari Anak Nasional selalu diperingati setiap tanggal 23 Juli. Cahaya Perempuan Bengkulu yang merupakan anggota konsorsium PERMAMPU melakukan serangkaian kegiatan Perayaan Hari Anak  (Cahaya Perempuan On The Road) tahun 2025 dengan tema "Anak Sehat, Sadar Hak dan Terlindung Melalui Pendidikan Seksual dan Reproduksi”.


Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari tanggal 15 Juli  dan perayaan puncak di 25 Juli 2025.  Kegiatan ini berkerja sama dengan beberapa sekolah baik SMP dan SMA dengan memanfaatkan momentum MPLS sekolah. Kegiatan pertama dilakukan di sekolah SMP 14 Kota Bengkulu dengan dihadiri sebanyak 222 siswa-siswi, MAN 2 Kota Bengkulu 213 siswa-siswi, SMKS-1 Pembangunan Kota Bengkulu 35 siswa-siswi, dan MAN IC Bengkulu Tengah sebanyak 120 siswa-siswi.



Perayaan Hari Anak menjadi momen penting untuk menegaskan komitmen terhadap pemenuhan hak-hak anak dan penguatan peran strategis keluarga. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan anak tentang HKSR dan dampak perkawinan anak dan mengenalkan kepada anak-anak jenis-jenis kekerasaan karena banyak anak-anak belum memahami dan masih minimnya pengetahuan tentang kekerasaan.


Cahaya Perempuan Bengkulu dalam kegiatan menyampaikan bahwa pentingnya pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi anak sesuai dengan umur baik di dalam keluarga sebagai madrasah pertama maupun di satuan pendidikan agar anak-anak menjadi anak yang sehat dan sadar akan haknya.


Selain pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi penting juga mengenalkan kepada anak-anak mengenai kekerasaan karena banyak anak yang tidak sadar dan tidak mengetahui bahwa mereka bisa jadi korban dan orang terdekat menjadi pelaku terutama untuk kasus kekerasaan seksual.



Dalam kegiatan ini siswa-siswi sudah mengetahui bahwa kekerasaan tidak  hanya dalam bentuk fisik, psikis, verbal, termasuk ketika diberikan kata-kata yang merasa tidak, mulai memahami bahwa perkawinan anak dan di bawah 19 tahun disebabkan oleh gaya berpacaran para remaja saat ini. Dan mereka sudah mendapat pengetahuan kemana  harus melapor jika terjadi kekerasan.


Harapannya melalui momentum perayaan hari anak ini, para orang tua, sekolah sudah mulai melakukan pendidikan Kesehatan Seksual Reproduksi kepada anak, sehingga anak terlindungi dari kekerasan seksual dan perkawinan usia anak dan di bawah 19 tahun.(Rls)

 

Artikel Terkait

Artikel Terkait