Buruh tani. (Foto:
Mitradi HFA)
GUDATAnews.com,
Bengkulu - Berbicara
tentang mati, prinsip kita sama. Lebih baik mati besok dari pada mati hari ini.
Sebab setidaknya masih bisa berbuat hal yang terbaik untuk mempersiapkan
kematian akan tetapi kita semua tidak diberitahukan kapan dan dimana kita mati.
Oleh karena itu jangan pernah meremehkan orang lain, siapapun
dan apapun status sosialnya. Sebab terkadang orang yang kita butuhkan adalah mereka yang pernah
diremehkan.
Tetapkah rendah hati. Jangan sombong dengan apa yang kita
miliki. Jangan lupa diri pada saat berjaya. Jangan pernah bangga dengan wajah
cantik dan tampan, sebab nilai manusia ada pada akhlak dan kepribadiannya.
Coba perhatikan kisah seorang bekas budak berikut ini.
أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ لَقِىَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ
وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ فَقَالَ مَنِ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ
الْوَادِى فَقَالَ ابْنَ أَبْزَى. قَالَ وَمَنِ ابْنُ أَبْزَى قَالَ مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا.
قَالَ فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى قَالَ إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ. قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ
-صلى الله عليه وسلم- قَدْ قَالَ « إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا
وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ »
Dari Nafi’ bin ‘Abdil Harits, ia pernah bertemu dengan ‘Umar
di ‘Usfaan. ‘Umar memerintahkan Nafi’ untuk mengurus Makkah. Umar pun bertanya,
“Siapakah yang mengurus penduduk Al Wadi?” “Ibnu Abza”, jawab Nafi’.
Umar balik bertanya, “Siapakah Ibnu Abza?” “Ia adalah salah
seorang bekas budak dari budak-budak kami”, jawab Nafi’. Umar pun berkata,
“Kenapa bisa kalian menyuruh bekas budak untuk mengurus seperti itu?” Nafi’
menjawab, “Ia adalah seorang yang paham Kitabullah. Ia pun paham ilmu faroidh
(hukum waris).” ‘Umar pun berkata bahwa sesungguhnya Nabi kalian -shallallahu
‘alaihi wa sallam- telah bersabda, “Sesungguhnya suatu kaum bisa dimuliakan
oleh Allah lantaran kitab ini, sebaliknya bisa dihinakan pula karenanya.” (HR.
Muslim No. 817).
Pagar Dewa, 07122022
Salam UJH. (Red)