GUDATAnews.com,
Bengkulu - Bergerak
dengan agenda penyadaran publik untuk memahami apa itu krisis iklim serta
dampak yang ditimbulkan akhirnya Sekolah Energi Bersih (SEB) #2 memasuki babak
akhir.
Sekolah energi bersih dengan tujuan untuk mengajak bergerak
bersama menuntut negara agar segera beralih dari energi kotor batubara ke
energi bersih yang adi dan berkelanjutan. Dalam perjalanannya, program ini
berhasil menghimpun kekuatan bersama dalam rangka menyuarakan hak rakyat atas
masa depan yang lebih baik.
SEB yang digawangi oleh siswa sekolah SMA ini menyebut diri
mereka sebagai Darma Darani. Beranggotakan 23 orang yang menghimpun diri
setidaknya dari berbagai sekolah seperti SMA Sint Carolus, SMAN 1 Kota
Bengkulu, SMAN 4 Kota Bengkulu, SMAN 7 Kota Bengkulu, SMKN 2 Bengkulu, SMKN 3
Kota Bengkulu, SMAN 6 Kota Bengkulu, SMKS 15 Taruna Kota Bengkulu, MAN 1 Kota
Bengkulu, SMP Sint Carolus, Jurusan Sosiologi Universitas Bengkulu, Jurusan
Sosiologi Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Hendra Ahmad Wijaya salah seorang anggota Darma Darani
menyatakan tindakan ini adalah tindakan
yang baru bagi mereka, sebelum memutuskan untuk bergabung sebagai juru bicara
SEB.
“Selama ini sangatlah jarang dalam suatu program kami menjadi
subyek dalam satu agenda, kami hanya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
seremonial saja, berbeda dengan Sekolah Energi Bersih, Kami terlibat sejak
mulai dari merencanakan, sampai dengan melaksanakan kegiatan, ini menarik,”
ucapnya.
Para penggerak energi muda ini dalam perjalannya melaksanakan
beberapa kegiatan seperti roadshow, konser energi muda, memproduksi konten dan
mengkampanyekan di media sosial.
Manager Sekolah Energi Bersih Kanopi Hijau Indonesia Hosani menyatakan
bahwa hal tersulit dalam melaksanakan program sekolah energi bersih adalah
menyampaikan kepada publik bahwa kita harus bergerak sekarang untuk melawan
krisis iklim. Apalagi ketika mengkampanyekan soal penutupan PLTU batubara,
hampir semua orang tidak mau berkomentar.
“Mungkin mereka takut atau mereka belum tahu secara pasti apa
sebenarnya yang sedang terjadi dan mengancam keselamatan planet bumi ini,” kata
Hosani.
Terlepas dari semua kendala, tantangan serta hambatan yang
dihadapi pada akhirnya setelah dua tahun bergerak bersama, agenda SEB jilid dua
ini berakhir.
Dengan moto berkumpul- belajar dan berbuat, setidaknya dalam
kurun waktu tersebut, telah dilaksanakan beberapa agenda seperti study trip,
diskusi tematik, membuat event publik, menggalang dana publik dan kampanye.
‘’Hari ini Minggu 10 November 2024, 23 orang penggerak energi
muda tersebut kami nyatakan telah berjuang untuk melawan krisis iklim,’’ ujar
Hosani.
Pantas bagi mereka untuk dirayakan dari komitmen dan gerakan
yang sudah mereka laksanakan.
Kegiatan ini sendiri diakhiri dengan pemasangan sumber energi
bersih yang dipasang di SMA Sint Carolus Bengkulu.
“Pemasangan pembangkit listrik energi bersih ini atas nama
semua pihak yang telah berkontribusi kami mengucapkan terima kasih,” tutur
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar.
“Melalui pemasangan ini sebenarnya kami ingin menyampaikan
kepada negara, berhentilah bermain-main dengan krisis iklim, praktik energi
kotor harus segera dihentikan,” tegas Ali.
Ia mengatakan tindakan negara melalui agenda seperti
co-firing atau mencampur bahan bakar PLTU batubara dengan bio massa, serta
penggunaan teknologi seperti carbon capture strorage dan carbon capture
utilities merupakan solusi palsu.
"Tidak ada jalan lain selain segera melakukan pensiun
PLTU batubara secepatnya. Jika tidak kita semua akan mengalami dampak buruk
berupa krisis pangan dan krisis air yang akan berdampak kepada krisis sosial,”
demikian Ali.(Rls)